My Life

Libatkan Allah dalam setiap urusan

Sunday, June 21, 2015

Metode Pembelajaran Jigsaw

Jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.[1]
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman peserta didik dan membantu peserta didik mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, peserta didik bekerja sama dengan sesame peserta didik dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan  meningkatkan keterampilan berkomunikasi.[2]
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda, serta jika memungkinkan anggota dari kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.[3]
Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalamkelompok yang disebut kelompok ahli (counterpart group). Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian pembelajaran materi yang sama, serta memutuskan rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aroson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji).
Ciri-ciri dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dinyatakan antara lain bahwa :
a.       Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b.      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.       Bilamana mungkin, anggota kelompok, berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.
d.      Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang kepada individu.[4]


[1] Muslimin Ibrahim, et.al., Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2000), hlm. 21
[2] Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruangruang Kelas, (Jakarta: Gramedia, 2004), hlm.hlm. 69.
[3] Sugianto, Dian Armanto, dkk, Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD ditinjau dari Kemampuan Penalaran dan KomunikasiMatematisSiswa (Jurnal Didaktik Matematika, Vol. 1, No. 1, April 2014), hlm. 118
[4] Ibid.,

Allahu a'lam

0 comments :

Post a Comment