1.Pengertian Produktivitas
Produktivitas menurut Dewan
Produktivitas Nasional mempunyai pengertian sebagai sikap mental yang selalu
berpandangan bahwa mutu kehidupan ini harus lebih baik dari hari kemarin dan
hari esok harus lebih baik dari hari ini.[1]
International Labour
Organization dalam Hasibuan, mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud
dari produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang
dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama produksi
berlangsung. Sumber-sumber tersebut dapat berupa tanah, bahan baku dan bahan
pembantu, pabrik, mesin-mesin dan alat-alat, tenaga kerja manusia.[2]
The Liang Gie mengatakan
bahwa produktivitas adalah merupakan perbandingan antara hasil kerja yang
berupa barang-barang atau jasa dengan sumber atau tenaga yang dipakai dalam
suatu proses produksi tersebut.[3]
Secara umum, produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara keluaran
dan masukan serta mengutarakan cara pemanfaatan baik terhadap sumber-sumber
dalam memproduksi suatu barang atau jasa.[4]
Adapun menurut Sinungan yang
dimaksud dengan produktivitas kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Rumusan
tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain adalah ratio daripada apa
yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang
dipergunakan (input).
b. Produktivitas
pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa
mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus
lebih baik dari hari ini.
c. Produktivitas
merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga factor esensial, yakni :
investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen
dan tenaga kerja.[5]
Sedangkan menurut Robert L. Mathis
dan John H. Jackson dalam bukunya Human Resource Management,
Produktivitas (productivity) diartikan sebagai ukuran atas kuantitas dan
kualitas dari pekerjaan yang diselesaikan, dengan mempertimbangkan biaya dari
sumber daya yang digunakan. Adalah juga berguna untuk melihat produktivitas sebagai
sebuah perbandingan antara masukan dan hasil yang menandakan nilai tambah yang diberikan
oleh sebuah organisasi atau sebuah ekonomi.[6]
Sehingga dari beberapa
pengertian diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa produktivitas adalah
kemampuan menghasilkan barang dan jasa dari berbagai sumberdaya atau faktor
produksi yang digunakan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan waktu
yang telah ditentukan dengan adanya peran serta tenaga kerja atau karyawan.
2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas
Menurut Siagian
factor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah :
a. Pendidikan,
b. Pelatihan,
c. Penilaian
prestasi kerja,
d. Sistem imbalan,
e. Motivasi, dan
f. Kepusan kerja.[7]
Menurut Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah, mengatakan bahwa
ada beberapa faktor yang menentukan besar kecilnya produktivitas, antara lain :
a.
Knowledge
Pengetahuan
merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik yang diperoleh secara formal
maupun non formal yang memberikan kontribusi pada seseorang di dalam pemecahan
masalah, daya cipta, termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan pekerjaan.
Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan yang tinggi, seorang pegawai
diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan produktif.
b.
Skills
Ketrampilan
adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu,
yang bersifat kekaryaan. Ketrampilan diperoleh melalui proses belajar dan
berlatih. Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau
menyelesaikan pekerjaanpekerjaan yang bersifat teknis. Dengan ketrampilan yang
dimiliki seorang pegawai diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan secara
produktif.
c. Abilities
Abilities atau
kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimilki oleh seorang pegawai.
Konsep ini jauh lebih luas, karena dapat mencakup sejumlah kompetensi.
Pengetahuan dan ketrampilan termasuk faktor pembentuk kemampuan. Dengan
demikian apabila seseorang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi,
diharapkan memilki ability yang tinggi pula.
d. Attitude
Attitude merupakan suatu kebiasaan yang terpolakan. Jika
kebiasaan yang terpolakkan tersebut memilki implikasi positif dalam hubungannya
dengan perilaku kerja seseorang maka akan menguntungkan. Artinya apabila
kebiasaan-kebiasaan pegawai adalah baik, maka hal tersebut dapat menjamin
perilaku kerja yang baik pula. Dapat dicontohkan seorang pegawai mempunyai
kebiasaan tepat waktu, disiplin, simple, maka perilaku kerja juga baik, apabila
diberi tanggung jawab akan menepati aturan dan kesepakatan.
e. Behaviors
Demikian dengan
perilaku manusia juga akan ditentukan oleh kebiasaankebiasaan yang telah
tertanam dalam diri pegawai sehingga dapat mendukung kerja yang efektif atau
sebaliknya. Dengan kondisi pegawai tersebut, maka produktivitas dapat
dipastikan akan dapat terwujud.[8]
Sedangkan menurut Wana Nusa dalam Sumarsono yang menjadi
factor produktivitas adalah:
a. Pendidikan
b.
Ketrampilan
c.
Disiplin
d.
Motivasi
e.
Sikap dan etika kerja
f.
Gizi dan kesehatan
g.
Tingkat penghasilan
h.
Jaminan lingkungan dan iklim kerja
i.
Hubungan industrial
j.
Teknologi
k.
Sarana produksi
l.
Manajemen dan kesempatan berprestasi.[9]
3.
Pengukuran Produktivitas Kerja
Menurut Simamora
faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi
kuantitas kerja; kualitas kerja; dan ketepatan waktu.
a. Kuantitas kerja
adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam jumlah tertentu
dengan perbandingan standart yang ada atau ditetapkan oleh perusahaan.
b. Kualitas kerja
adalah merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu
produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal ini merupakan suatu kemampuan
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya secara teknis dengan perbandingan
standart yang ditetapkan oleh perusahaan.
c. Ketepatan waktu
merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan,
dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu
yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari persepsi
karyawan terhadap suatu aktivitas yang diselesaikan diawal waktu sampai menjadi
output.[10]
4.
Produktivitas dalam prespektif
Islam
Produktivitas berarti
kemampuan untuk menghasilkan sesuatu. Islam sebagai pedoman hidup yang turun
dari Sang Pencipta manusia, sangat menghargai bahkan amat mendorong
produktivitas. Rosulullah saw. Bersabda:
Artinya:
Dari Ibnu „Umar ra dari Nabi saw, ia berkata: “Sesungguhnya Allah mencintai
orang yang beriman yang berkarya (produktif menghasilkan berbagai kebaikan)”[11]
Produktivitas juga sangat erat
hubungannya dengan bekerja, tanpa dengan bekerja seseorang tidak mungkin dapat
menghasilkan sesuatu(produktif). Banyak tuntunan dalam Al-Quran dan Hadits tentang
bekerja. Seperti yang tersirat dalam QS At-Taubah ayat 105.
Artinya: “dan
Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan”
Berdasarkan ayat di atas
dapat di katahui bahwa Islam sangat membenci pada orang yang malas dan
bergantung pada orang lain.
Artinya: “Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan
beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.”
QS Alnahl [16]:97
menjanjikan manusia bahwasanya balasan bekerja adalah kehidupan yang layak dan
pahala yang baik melebihi nilai kebaikan pekerjaan itu sendiri. Ini menyiratkan
bahwa bekerja itu memiliki nilai plus.
Artinya: “apabila telah
ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
[1]Umar, Husein, Riset Sumber Daya Manusia
Dalam Organisasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.2004), hal, 9.
[2] Hasibuan, Malayu S, Organisasi dan
Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. (Jakarta : Bumi Aksara., 2003)
hal. 127
[3] The Liang Gie. Administrasi Modern. (Yogyakarta : Liberti.
1998), hal, 108.
[4] Ibid. Hal, 128.
[5] Sinungan, M, Produktivitas
Apa dan Bagaimana. (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hal, 106.
[6] Mathis, Robert L., & Jackson, John H, Human
Resource Management. (Jakarta : Salemba Empat. 2006), hal, 69
[7] Siagian, Sondang P, Manajemen
Sumber Daya Manusia.( Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hal. 286
[8] Teguh, Ambar & Rosidah, Manajemen
Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2003), hal, 200-2001.
[9] Sumarsono, Sonny, Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2003), hal, 63-64.
[10] Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya
Manusia. (Yogyakarta : STIE YKPN, 2006), hal, 612.
[11] H.R. Thabrani dalam Al Kabir, juga oleh Al Bayhaqi Allahu a'lam
0 comments :
Post a Comment