My Life

Libatkan Allah dalam setiap urusan

Monday, December 28, 2015

Fathul Majid: Wahdaniyah (Mahaesa) < تـعـدد x وحـدنيـة >



kitab fahul majid
 
Definisi sifat Wahdaniyah adalah sesungguhnya Allah SWT adalah Mahaesa dalam hal Dzat, Sifat, maupun perbuatan-Nya.

         Yang dimaksud dengan Mahaesa dalam Dzat (كون الله واحدا في الذات) adalah tidak ada satu dzat-pun yang menyerupai Dzat milik Allah SWT, dan Dzat-Nya tidaklah tersusun dari bagian-bagian, karena dzat yang tersusun-susun merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh makhluq, sedangkan Allah SWT mustahil mempunyai sifat sebagaimana sifatnya para makhluq.

          Yang dimaksud dengan Mahaesa dalam sifat (كون الله واحدا في الصفات) adalah tidak ada sesuatupun yang mempunyai sifat yang sama dengan sifat Allah SWT. Jadi tidak mungkin ada yang mempunyai sifat Qudrat sebagaimana sifat Qudrat milik Allah SWT, begitu juga tidak ada yang mempunyai sifat Irodah, Ilmu dan sifa-sifat lain yang serupa dengan milik Allah SWT.

         Allah SWT tidak mungkin mempunyai dua sifat yang sama persis dalam segi nama sekaligus makna, misalnya; dua sifat Qudrat, dua sifat Irodah, dua sifat Ilmu, dan lain-lain. Akan tetapi Allah SWT hanya mempunyai satu sifat Qudrat, satu sifat Irodah, satu sifat Ilmu, dan lain-lain.

         Yang dimaksud dengan pernyataan Mahaesa dalam perbuatan (كون الله واحدا في الأفعال) adalah tidak ada satu pun yang bisa melakukan perbuatan yang sama dengan perbuatan Allah SWT, baik berupa perbuatan Ikhtiyariyah (boleh memilih) maupun Idthiraruriyah (bersifat memaksa).

         Dengan perbuatan Ikhtiyariyah yang bersifat kasb semata ini, Allah SWT memberi pahala kepada kita melalui anugerah-Nya, dan menyiksa kita karena keadilan-Nya. Seluruh perbuatan pada hakikatnya berasal dari Allah SWT, misalnya; mu’jizat yang dimiliki oleh para Rasul AS dan karamah yang hanya dimiliki oleh para wali, semua itu merupakan makhluq yang dimiliki oleh Allah SWT.

         Apabila Allah SWT sudah pasti mempunyai sifat Wahdaniyah, maka Dia tidak mungkin mempunyai 5 macam Kamm yang sudah masyhur di tengah-tengah kita. Kelima kamm tersebut antara lain;

& Kamm Munfasil fii Dzat. Yaitu adanya dzat yang menyerupai Dzat Allah SWT

 
& Kamm Muttashil fii Dzat. Yaitu Dzat Allah SWT tersusun dari bagian-bagian (juz-juz) sebagaimana dzat manusia yang tersusun dari daging, tulang, darah, dll.

 
& Kamm Munfashil fii Sifat. Yaitu adanya sesuatu yang mempunyai sifat yang serupa dengan sifat Allah SWT.

 
& Kamm Muttashil fii Sifat. Yaitu Allah SWt tidak mungkin mempunyai dua sifat yang sama nama dan maknanya, misalnya; dua sifat Qudrat, dua sifat Irodah, dll.

Jadi sifat Qudrat maupun Irodah Allah SWt jumlahnya tidak terbilang (tidak banyak), sehingga sifat Qudrat yang digunakan oleh Allah SWT untuk menciptakan perkara yang kecil sama dengan sifat Qudrat yang Dia gunakan untuk menciptakan perkara yang besar. Begitu juga sifat Irodah maupun sifat Ilmu Allah SWT yang digunakan untuk menciptakan perkara yang sedikit sama dengan sifat irodah yang digunakan untuk menciptakan perkara yang banyak.

 
& Kamm Munfasil fii Af’al. Yaitu tidak ada satu makhluq pun yang mempunyai perbuatan yang sama dengan perbuatan Allah SWT. Semua perbuatan pada hakikatnya adalah makhluq Allah SWT, dan Allah SWT yang menciptakan semua perbuatan itu. Firman Allah SWT : والله خالق كل شيئ خلقكم وما تعملون

         Sebagian ulama’ menyatakan bahwa tidak ada Kamm Muttashil di dalam perbuatan Allah SWT, akan tetapi menurut sebagian yang lain, terdapat Kamm Muttashil di dalam perbuatan Allah SWT. Sedangkan makna dari Kamm Muttashil fii Af’al adalah Allah SWT mempunyai sekutu yang menolong-Nya untuk melakukan suatu perbuatan.

         Sesungguhnya Kamm itu bermakna bilangan (‘Adad), sedangkan yang dinafikan dari Allah SWT atau yang mustahil dimiliki oleh Allah SWT adalah sesuatu yang disebabkan oleh keberadaan Kamm. Jadi, yang dimaksud dengan ketiadaan Kamm Munfashil fii Dzat adalah ketiadaan sekutu bagi Allah SWT, karena ‘sekutu’ itu disebabkan oleh keberadaan Kamm, dst.

         Dalil sifat Wahdaniyah adalah keberadaan dan tersusunnya alam semesta. Seandainya Allah SWT mempunyai sekutu dalam ketuhanan-Nya, maka akan menimbulkan kerusakan sebagaimana firman Allah SWT لوكان فيهما ألهة إلا الله لفسدتا  (Seandainya di langit dan di bumi ada tuhan selain Allah, niscaya keduanya akan rusak). Yang dimaksud dengan rusaknya langit dan bumi adalah keduanya tidak mungkin terwujud sebagaimana keadaan dan bentuk yang ada sekarang ini. Kenyataannya langit dan bumi tidaklah rusak, sehingga Allah SWT tidak mungkin mempunyai sekutu dalam penciptaan, sehingga tetaplah sifat Wahdaniyah bagi Allah SWT. Dan jika Allah SWT mempunyai sifat Wahdaniyah, maka mustahil Dia mempunyai sifa Ta’addud (berbilang) yang merupakan kebalikan dari sifat Wahdaniyah.
Allahu a'lam

0 comments :

Post a Comment