Diantara adab membaca Al-quran yang terpenting adalah:
1.
Memperhatikan niat ikhlas disaat
mempelajari Al-Qur`an dan ketika membacanya.
Dikarenakan
membaca Al-Qur`an adalah ibadah yang dengan ibadah tersebut bertujuan untuk
bertemu dengan wajah Allah. Setiap amal ibadah untuk mendekatkan diri kepada
Allah tanpa disertai dua syarat diterimanya amal – yaitu ikhlas dan sesuai
tuntunan syariat – maka amalan tersebut akan tertolak. An-Nawawi mengatakan:
Yang pertama kali diperintahkan bagi seorang Qari’ Al-Qur`an adalah keikhlasan
dalam membaca Al-Qur`an, dan hanya menghendaki perjumpaan dengan wajah Allah
subhanahu wata’ala dari bacaan Al-Qur`an tersebut, dan tidak menghendaki
pencapaian sesuatu selain itu”[1]
2.
Anjuran untuk mengingat Al-quran an memperbarui bacaan
Al-quran
Mengingat-ingat
Al-Qur`an maksudnya adalah dengan membiasakan diri membaca Al-Qur`an dan selalu
berupaya mengingatnya. Adapun memperbaruinya adalah dengan memperbaharui untuk
konsisten mempelajarinya dan membacanya[2].
3.
Ketika membaca Al-quran, mulut hendakya bersih. Tidak
berisi makanan, sebaiknya sebelum membaca Al-quranmulut dan gigi dibersihkan
terlebih dahulu.
Sebaiknya seorang qari’
(pembaca) jika akan membaca Al-quran membersihkan giginya terlebih dahulu baik
dengan cara bersiwak (memakai kayu arok) atau cara lain, misalnya menyikat
gigi. Yang terbaik adalah dengan menggunakan kayu arok (biasanya dibawa jamaah
haji dari Makkah)
4.
Khusyu’ membaca dan merenungi maknanya dengan penghayatan
Penghayatan
akan Kitabullah merupakan kunci pembuka bagi setiap ilmu dan pengetahuan, dan akan
menghasilkan setiap kebaikan dan setiap ilmu akan dapat disadur dari Kitab-
Nya. Dan dengan penghayatan ini akan menambah keamanan didalam hati, dan akan
mengokohkan pohon keamanan tersebut.
5.
Suci dari hadas besar dan kecil.
Disunnahkan membaca Al-quran
sesudah wudhu, dalam keadaan bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Jika
ada yang membaca Al-quran dalam keadaan
berhadas (kecil) maka menurut ijma (kesepakatan umat Islam) itu di perbolehkan.
Hadis- hadis yang menerangkan hal itu banyak sekali. Imam Al-Haramayn berkata:
Jika ada yang membaca Al-quran yang hadas kecil maka ia tidak dikatakan orang
yang melaukan perbuatan makruh. Ia hanya meninggalkan keutamaan. Jika ia tidak
menemukan air, ia boleh bertayamum[3].
Dan hal ini sesuai dengan hadits dari Ibnu Abbas radhiallahu
‘anhuma ketika beliau menginap dibibi beliau Maimunah istri Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau berkta, “Hingga ketika sampai pada pertengahan malam
kurang atau lebih, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terjaga lalu beliau
duduk dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan beliau, kemudian beliau membaca
sepuluh ayat terakhir dari surat Ali Imran, lantas beliau bangun dan menuju ketempat air yang
tergantung lalu berwudhu` darinya dan membaguskan wudhu`nya”[4]
Sementara itu orang yang sedang
junub atau haid daharamkan membaca
Al-quran, sedikit ataupu banyak. Yang di perbolehkan baginya adalah
meresapi bacaan Al-quran tanpa melafalkan dengan lidahnya. Boleh juga bagi yang
junub dan haid untuk melihat mushaf dan
membacanya dengan hati tanpa gerak lidah[5].
6.
Mengambil Al-quran hendaknya dengan tangan kanan.dan
sebaiknya memegangnya dengan kedua tangan.
7.
Menjaga mata dan mulut
Masalah penting yang harus diperhatikan oleh pengemban Al-quran
adalah menghormatinya, dengan menjauhi perbuatan perbuatan yang kurang baik
yang kepar tak diperhatikan oleh qari’. Mereka semestinya menjauhi tertawa yang
berlebihan, mengobrol tak karuan mengenai hal hal yang tidak penting dan
lain-lain yang bisa mengirangi penghormatan terhadap Al-quran.
Pengemban Al-quran hendaklah mengamalkan nasehat Ibn Abi
Dawud dari Abdullah bin Umar bin Khattab r.a. bahwa, “Ia jika membaca Al-quran
tidak berbicara kecuali setelah selesai sampai batas bacaan yang dinginkannya”.
Ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya.[6]
8.
Disunnahkan membaca Al-quran di tempat yang bersih.
Misalnya di rumah, surau,
mushollah, dan di tempat-tempat lain yang dianggap bersih. Tapi yang paling
utama di masjid.
Adapun para ulama berbeda
pendapat mengenai kemakruhan. Menurut beberapa sahat, tidak makruh membaca
Al-quran di kamar mandi. Pendapat itu berasal dari dari ulama yang agung
seperti Abu Bakar bin Al-Mundzir dalam
kitab Al-Asyraf. Namun beberapa para ulama salaf memakruhkannya misalnya Amir
Al Mukminin Ali bin Abu Tholib ra. Al-Sya’bi berkata, “Adalah makruh membaca
Al-quran di tiga tempat: kamar mandi, tempat buang air besar atau kecil, dan
tempat penggilingan yang sedang berputar”[7].
9.
Menghadap kiblat
Di sunnahkan membaca Al-quran
dengan menghadap kiblat. Pembaca Al-quran juga di harapkan duduk dengan tenang,
penuh kharisma seraya menundukkan kepala. Duduknya seperti seorang murid di
depan gurunya. Inilah sikap yang paling sempurna dan mulia. Tetapi, kalaupun
yang membaca Al-quran sambil berdiri, berbaring atau tiduran, itupun
diperbolehkan dan berpahala, meski tidak seperti yang duduk sempurna.
[1] Al-Adzkaar
hal. 160 Daar Al-Huda, cet. Ketiga 1410 H
[2] Lihat
didalam Fathul Baari ( 8 / 697 – 699 ) , cet. Daar Ar-Rayyan lit-Turats
[3] Imam Nawawi.Adab
Mengajarkan Al-Qur’an. 2001. Jakarta:Hikmah, hal.72
[4] HR.
Al-Bukhari (183) dan Muslim (673)
[5] Imam Nawawi.Adab
Mengajarkan Al-Qur’an. 2001. Jakarta:Hikmah,hal.73
[6] Imam Nawawi,Menjaga
Kemuliaan Al-Quran. 1996. Bandung: Al-Bayan, hal 95
0 comments :
Post a Comment