My Life

Libatkan Allah dalam setiap urusan

Friday, July 31, 2015

Tentang Ahli Ibadah (tapi tidak berilmu) dan Ahli Ilmu Serta tentang Ilmu (dari kitab أَدَابُ الْعَالِمِ وَالْمُتَعَلِّمِ)

Pada suatu ketika, Rasulullah SAW ditanya tentang derajat dua orang, orang pertama merupakan ahli ibadah (tapi tidak berilmu) sedangkan orang kedua merupakan ahli ilmu. Kemudian Rasulullah SAW bersabda dalam beberapa Hadits di bawah ini (yang artinya) :
.  “Keutamaan orang berilmu terhadap orang yang ahli ibadah (yang tidak berilmu) seperti halnya keutamaanku terhadap orang-orang yang paling rendah di antara kalian”.
.  Barang siapa berjalan pada suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah SWT akan menjalankan dia pada suatu jalan dari sebagian jalan-jalan menuju surga.
.  Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun wanita. Dan orang yang menuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu, bahkan ikan hiu di laut.
.  Barang siapa pergi untuk menuntut ilmu, niscaya para malaikat akan mendo’akannya dan memintakan keberkahan dalam kehidupan orang tersebut.
.  Barang siapa pergi ke masjid semata-mata untuk mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkan suatu kebaikan, maka dia akan memperoleh pahala layaknya pahala haji yang sempurna
.  Orang yang berilmu dan orang yang pelajar itu seperti jari-jemari ini – Rasulullah SAW menghimpun antara jari telunjuk dengan jari di sampingnya – dalam hal memperoleh pahala yang sama, dan tidak ada kebaikan (yang lebih utama) pada manusia lain di luar mereka berdua  
.  “Jadilah engkau sebagai orang alim, orang yang belajar, orang yang mendengar, atau orang yang menggemari mereka, dan janganlah engkau menjadi orang kelima (orang yang tidak mau melakukan 4 hal di atas), karena engkau akan rusak”
.  Pelajarilah ilmu dan ajarkanlah kepada para manusia
.  Jika kalian semua melihat pertaman surga, maka datangilah!. Kemudian Nabi SAW ditanya: ”Wahai Rasulullah. Apa yang dimaksud dengan pertamanan surga?”. Beliau menjawab: Yaitu majlis dzikir.
Syaikh ‘Atho’ berpendapat bahwa yang dimaksud di sini adalah majlis-majlis yang membahas tentang hukum halal-haram, bagaimana tata cara jual-beli, sholat, zakat, haji, menikah, bercerai, dsb.  
.  Pelajarilah ilmu dan amalkanlah ilmu itu
.  Pelajarilah ilmu dan jadilah seorang ahli ilmu
.  Pada hari qiyamat akan ditimbang (pada timbangan amal); tinta para ulama’ dan darah para syuhada’
.  “Tidak ada yang lebih utama ketika menyembah Allah, melebihi penyembahan yang disertai pemahaman agama. Seorang ahli ilmu agama lebih berat godaannya bagi syaitan dari pada 1000 ahli ibadah (yang tidak berilmu)”
.  Ada tiga orang yang bisa memberi syafa’at pada hari qiyamat: para nabi, para ulama’ dan para syuhada’
.  Diriwayatkan bahwa pada hari qiyamat para ulama’ akan berada di mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya
.  Al-Qadhi Husain juga menukil sebuah Hadits bahwa telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW bahwasanya beliau pernah bersabda (yang artinya): barang siapa menyukai ilmu dan ulama’, maka segala kesalahannya tidak akan dicatat sepanjang kehidupannya
 .  Al-Qadhi Husain juga menukil suatu Hadits bahwa telah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda (yang artinya): barang siapa sholat (makmum) di belakang orang alim, maka seakan-akan dia telah sholat (makmum) di belakang nabi, dan barang siapa sholat di belakang nabi, maka sungguh dia telah diampuni
       Dalam Hadits yang diriwayatkan Abu Dzar RA terdapat keterangan bahwasanya mendatangi majlis dzikir (ilmu) lebih utama dari pada shalat 1000 roka’at, berta’ziyah pada 1000 jenazah maupun menjenguk 1000 orang yang sakit.
       Sayyidina Umar bin Khatthab RA berkata: Sesungguhnya seorang laki-laki keluar rumah dalam keadaan memikul dosa seberat gunung-gunung di Tihamah. Kemudian dia mendengarkan (pengajian) orang alim, lalu dia merasa takut dan memohon dosa-dosanya dicabut (oleh Allah SWT), maka dia pulang ke rumahnya dalam keadaan tidak ada dosa pada dirinya. Jadi, janganlah kalian mengabaikan majlis-majlis para ulama’, karena sesungguhnya Allah SWT tidak menciptakan sejengkal tanah pun di permukaan bumi ini yang lebih mulya dari pada majlis-majlis para ulama’.
       Asy-Syarmasahiy Al-Maliky menukil sebuah Hadits dari Nabi SAW dalam permulaan kitabnya yang berjudul Nadzam Ad-Durar (yang artinya): Nabi SAW bersabda: barang siapa menghormati orang alim, maka sesungguhnya dia telah mengagungkan Allah SWT. Dan barang siapa merendahkan orang alim, maka sesungguhnya dia telah merendahkan Allah          SWT dan Rasul-Nya
       Sayyidina ‘Ali Karramallahu Wajhahu berkata : “Kemulyaan ilmu sudah cukup tergambarkan pada orang yang mengaku berilmu, padahal dia tidak berilmu. Dan hina – dinanya kebodohan sudah tercitrakan pada orang bodoh yang mengelak dari kebodohannya, padahal dia sungguh-sungguh bodoh”. Dalam sebuah sya’ir disebutkan:
d  Sudah tampak kemulyaan ilmu oleh pengakuan orang bodoh yang bergembira jika dia disebut berilmu
d  Dan sudah jelas rendahnya kebodohan ketika orang bodoh berkata sesungguhnya saya takut dan marah jika disebut bodoh
       Ibnu Az-Zabir berkata : “Abu Bakar RA pernah kirim surat kepadaku pada saat saya sedang berada di Irak. Isi surat tersebut adalah ‘Wahai buah hatiku, hendaklah engkau senantiasa menuntut ilmu. Sesungguhnya jika engkau dalam keadaan fakir, maka ilmu itu akan membuatmu kaya (tidak butuh sesuatu yang lainnya), dan jika engkau kaya, ilmu akan menjadi penghias dirimu’.”
       Wahab bin Munabbih berkata: ilmu itu akan bercabang sebuah kemulyaan meskipun pemiliknya adalah orang yang hina, akan bercabang sebuah keluhuran meskipun pemiliknya orang yang terhina, akan bercabang ibadah meskipun pemiliknya orang yang jauh (dari Allah SWT), akan bercabang sebuah kekayaan meskipun pemiliknya adalah orang yang fakir, dan akan bercabang kewibawaan meskipun pemiliknya adalah orang yang hina-dina. Lalu Wahab bin Munabbih menembangkannya dalam sya’ir berikut ini (yang artinya);
d  Ilmu akan mengantarkan suatu kaum pada puncak kejayaan, dan orang yang berilmu akan dipelihara dari kerusakan
d  Wahai orang yang berilmu. Berhati-hatilah. Jangan engkau kotori ilmumu dengan perkara-perkara yang merusak, karena tiada yang bisa menggantikan kedudukan ilmu
d  Ilmu itu bisa mengangkat rumah yang tak bertiang, sedangkan kebodohan akan merobohkan rumah keluhuran dan kemulyaan
       Abu Muslim Al-Khaulany RA berkata: Ulama’ di bumi ini ibarat bintang-bintang di langit. Jika bintang itu kelihatan oleh manusia, maka mereka akan memperoleh petunjuk, dan jika bintang-bintang itu tersamar oleh manusia, maka mereka akan bingung. Selanjutnya Abu Muslim membuat sya’ir yang semakna dengan keterangan di atas;
d  Berjalanlah bersama ilmu ke manapun ilmu itu berjalan. Bukalah pemahaman setiap orang dengan ilmumu
d  Ilmu akan menjadi penerang bagi hati dari kebutaan. Ilmu sudah pasti bisa menolong agama ini
d  Bergaullah dengan para ahli ilmu dan bertemanlah dengan orang-orang pilihan di antara mereka. Berteman dengan mereka merupakan suatu perhiasan, sedangkan bergaul dengan mereka akan membawa manfaat yang banyak
d  Jangan pernah mengalihkan pandanganmu dari mereka. Karena mereka ibarat bintang-bintang petunjuk, yang mana jika ada satu bintang yang tersamar, niscaya ada bintang lain yang tampak bagimu
Demi Allah. Seandainya tidak ada ilmu, niscaya petunjuk tidak akan jelas dan setiap perkara yang samar tidak akan kelihatan tanda-tandanya. 

Allahu a'lam

0 comments :

Post a Comment