Pada
suatu ketika, Rasulullah SAW ditanya tentang derajat dua orang, orang pertama
merupakan ahli ibadah (tapi tidak berilmu) sedangkan orang kedua merupakan ahli
ilmu. Kemudian Rasulullah SAW bersabda dalam beberapa Hadits di bawah ini (yang
artinya) :
. “Keutamaan orang berilmu terhadap orang yang ahli
ibadah (yang tidak berilmu) seperti halnya keutamaanku terhadap orang-orang
yang paling rendah di antara kalian”.
. Barang siapa berjalan pada suatu jalan untuk
mencari ilmu, niscaya Allah SWT akan menjalankan dia pada suatu jalan dari
sebagian jalan-jalan menuju surga.
. Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim
laki-laki maupun wanita. Dan orang yang menuntut ilmu akan dimintakan ampunan
oleh segala sesuatu, bahkan ikan hiu di laut.
. Barang siapa pergi untuk menuntut ilmu, niscaya
para malaikat akan mendo’akannya dan memintakan keberkahan dalam kehidupan
orang tersebut.
. Barang siapa pergi ke masjid semata-mata untuk
mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkan suatu kebaikan, maka dia akan
memperoleh pahala layaknya pahala haji yang sempurna
. Orang yang berilmu dan orang yang pelajar itu
seperti jari-jemari ini – Rasulullah SAW menghimpun antara jari telunjuk dengan
jari di sampingnya – dalam hal memperoleh pahala yang sama, dan tidak ada
kebaikan (yang lebih utama) pada manusia lain di luar mereka berdua
. “Jadilah engkau sebagai orang
alim, orang yang belajar, orang yang mendengar, atau orang yang menggemari
mereka, dan janganlah engkau menjadi orang kelima (orang yang tidak mau
melakukan 4 hal di atas), karena engkau akan rusak”
. Pelajarilah ilmu dan
ajarkanlah kepada para manusia
. Jika kalian semua melihat
pertaman surga, maka datangilah!. Kemudian Nabi SAW ditanya: ”Wahai Rasulullah. Apa yang dimaksud dengan
pertamanan surga?”. Beliau menjawab: Yaitu majlis dzikir.
Syaikh
‘Atho’ berpendapat bahwa yang dimaksud di sini adalah majlis-majlis yang
membahas tentang hukum halal-haram, bagaimana tata cara jual-beli, sholat,
zakat, haji, menikah, bercerai, dsb.
. Pelajarilah ilmu dan amalkanlah ilmu itu
. Pelajarilah ilmu dan jadilah seorang ahli ilmu
. Pada hari qiyamat akan
ditimbang (pada timbangan amal); tinta para ulama’ dan darah para syuhada’
. “Tidak ada yang lebih utama
ketika menyembah Allah, melebihi penyembahan yang disertai pemahaman agama. Seorang ahli ilmu agama lebih berat godaannya bagi
syaitan dari pada 1000 ahli ibadah (yang tidak berilmu)”
. Ada tiga orang yang bisa
memberi syafa’at pada hari qiyamat: para nabi, para ulama’ dan para syuhada’
. Diriwayatkan bahwa pada hari
qiyamat para ulama’ akan berada di mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya
. Al-Qadhi Husain juga menukil sebuah
Hadits bahwa telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW bahwasanya beliau pernah
bersabda (yang artinya): barang siapa menyukai ilmu dan ulama’, maka segala
kesalahannya tidak akan dicatat sepanjang kehidupannya
. Al-Qadhi Husain juga menukil suatu
Hadits bahwa telah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
pernah bersabda (yang artinya): barang siapa sholat (makmum) di belakang orang
alim, maka seakan-akan dia telah sholat (makmum) di belakang nabi, dan barang
siapa sholat di belakang nabi, maka sungguh dia telah diampuni
Dalam Hadits
yang diriwayatkan Abu Dzar RA terdapat keterangan bahwasanya mendatangi majlis
dzikir (ilmu) lebih utama dari pada shalat 1000 roka’at, berta’ziyah pada 1000
jenazah maupun menjenguk 1000 orang yang sakit.
Sayyidina
Umar bin Khatthab RA berkata: Sesungguhnya seorang laki-laki keluar rumah dalam
keadaan memikul dosa seberat gunung-gunung di Tihamah. Kemudian dia
mendengarkan (pengajian) orang alim, lalu dia merasa takut dan memohon
dosa-dosanya dicabut (oleh Allah SWT), maka dia pulang ke rumahnya dalam
keadaan tidak ada dosa pada dirinya. Jadi, janganlah kalian mengabaikan
majlis-majlis para ulama’, karena sesungguhnya Allah SWT tidak menciptakan
sejengkal tanah pun di permukaan bumi ini yang lebih mulya dari pada
majlis-majlis para ulama’.
Asy-Syarmasahiy
Al-Maliky menukil sebuah Hadits dari Nabi SAW dalam permulaan kitabnya
yang berjudul Nadzam Ad-Durar (yang artinya): Nabi SAW bersabda: barang siapa
menghormati orang alim, maka sesungguhnya dia telah mengagungkan Allah SWT. Dan
barang siapa merendahkan orang alim, maka sesungguhnya dia telah merendahkan
Allah SWT dan Rasul-Nya
Sayyidina
‘Ali Karramallahu Wajhahu berkata : “Kemulyaan ilmu sudah cukup
tergambarkan pada orang yang mengaku berilmu, padahal dia tidak berilmu. Dan hina – dinanya kebodohan sudah tercitrakan pada
orang bodoh yang mengelak dari kebodohannya, padahal dia sungguh-sungguh
bodoh”. Dalam sebuah sya’ir disebutkan:
d Sudah tampak kemulyaan ilmu oleh pengakuan orang
bodoh yang bergembira jika dia disebut berilmu
d Dan sudah jelas rendahnya kebodohan ketika orang
bodoh berkata sesungguhnya saya takut dan marah jika disebut bodoh
Ibnu Az-Zabir berkata : “Abu Bakar RA pernah kirim
surat kepadaku pada saat saya sedang berada di Irak. Isi surat
tersebut adalah ‘Wahai buah hatiku, hendaklah engkau senantiasa menuntut ilmu.
Sesungguhnya jika engkau dalam keadaan fakir, maka ilmu itu akan membuatmu kaya
(tidak butuh sesuatu yang lainnya), dan jika engkau kaya, ilmu akan menjadi
penghias dirimu’.”
Wahab bin Munabbih berkata: ilmu itu akan
bercabang sebuah kemulyaan meskipun pemiliknya adalah orang yang hina, akan
bercabang sebuah keluhuran meskipun pemiliknya orang yang terhina, akan
bercabang ibadah meskipun pemiliknya orang yang jauh (dari Allah SWT), akan
bercabang sebuah kekayaan meskipun pemiliknya adalah orang yang fakir, dan akan
bercabang kewibawaan meskipun pemiliknya adalah orang yang hina-dina. Lalu
Wahab bin Munabbih menembangkannya dalam sya’ir berikut ini (yang artinya);
d Ilmu akan mengantarkan suatu kaum pada puncak
kejayaan, dan orang yang berilmu akan dipelihara dari kerusakan
d Wahai orang yang berilmu. Berhati-hatilah. Jangan engkau
kotori ilmumu dengan perkara-perkara yang merusak, karena tiada yang bisa
menggantikan kedudukan ilmu
d Ilmu itu bisa mengangkat rumah
yang tak bertiang, sedangkan kebodohan akan merobohkan rumah keluhuran dan
kemulyaan
Abu Muslim
Al-Khaulany RA berkata: Ulama’ di bumi ini ibarat bintang-bintang di langit.
Jika bintang itu kelihatan oleh manusia, maka mereka akan memperoleh petunjuk,
dan jika bintang-bintang itu tersamar oleh manusia, maka mereka akan bingung.
Selanjutnya Abu Muslim membuat sya’ir yang semakna dengan keterangan di atas;
d Berjalanlah bersama ilmu ke
manapun ilmu itu berjalan. Bukalah pemahaman setiap orang dengan ilmumu
d Ilmu akan menjadi penerang
bagi hati dari kebutaan. Ilmu sudah pasti bisa menolong agama ini
d Bergaullah dengan para ahli
ilmu dan bertemanlah dengan orang-orang pilihan di antara mereka. Berteman
dengan mereka merupakan suatu perhiasan, sedangkan bergaul dengan mereka akan
membawa manfaat yang banyak
d Jangan pernah mengalihkan
pandanganmu dari mereka. Karena mereka ibarat bintang-bintang petunjuk, yang
mana jika ada satu bintang yang tersamar, niscaya ada bintang lain yang tampak
bagimu
Demi
Allah. Seandainya tidak ada ilmu, niscaya petunjuk tidak akan jelas dan setiap
perkara yang samar tidak akan kelihatan tanda-tandanya. Allahu a'lam
0 comments :
Post a Comment