My Life

Libatkan Allah dalam setiap urusan

Wednesday, September 27, 2017

Cinta Itu Kata Kerja

"Cinta itu kata kerja" itulah yang dikatakan oleh Panji Ramdana.

Yah memang benar cinta itu bukanlah sebuah kata benda melainkan sebuah kata kerja. Karena kata kerja maka haruslah bukan diam saja, melainkan harus diperjuangkan. Haruslah di katakan.

Bukankah seperti itu?
Bukankah itu benar?

Tapi haruskah itu dikatakan bagi seorang wanita?
Haruskah itu dibenarkan bagi seorang wanita?

Rasa memperjuangkan ini.
Rasa yang membingungkan ini.
Rasa yang mengkhawatirkan ini.

Semuanya begitu memusingkan.
Rasanya memang lebih baik mengerjakan soal matematika yang rumit dibandingkan mengerjakan hal ini.

Tapi meski itu berat.
Hari ini saya yakinkan dalam diri lagi, dan lagi untuk memperjuangkannya meski secara sederhana.
sesuai apa yang saya bisa.
sesuai apa yang mungkin bagi seorang wanita.

Itu saja..
Semoga Allah selalu memudahkan dan meridhoinya.aamiin

Allahua'lam

Sunday, September 24, 2017

Wise man

Hari ini saya kembali mempertanyakannya. Kenapa harus seperti ini? Kenapa tiba-tiba jadi seperti ini? Apa yang salah? Apa yang seharusnya saya lakukan? Adakah hal yang dapat merubah itu?

Kata maaf yang sengaja dia utarakan, kata semangat yang dia kirimkan, semua seakan mengingatkan saya pada dia yang dulu penting, dan entahlah ternyata sekarang masih penting.

Saya benar benar ingin seperti dulu.
Yang menerima salam setiap pagi.
Yang menerima cerita lucumu di tempat kerja.
Yang berbagi semua masalahku.
Yang menemani chatting sampai tertidur.
Yang mengajak cari cari angin.
Yang mengajak makan bersama.
Yang mengajak belanja.
Dan semua hal hal menyenangkan lainnya.

Ingatkah dia?
Hujan di bulan september 2 tahun lalu, makan nasi bungkus lalapan yang dibeli si dekat itn?

Adakah dia mengingatnya?
Menemani cari buku untuk skripsi saya.
Memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi saya dulu.

Taukah dia?
Namanya tertulis di bagian persembahan terimksih dalam skripsi saya.

Begitu mengesankannya dia.
Meski tak jarang dia membuat saya menangis, tapi dia masih berkesan.
Terima kasih sudah menemani saya dalam berjuang untuk memperoleh gelar s1 saya.

Semoga kelak saya bisa membalas semua kebaikan dia.
Si wise man.
Semoga saya masih menjadi salah satu orang yang penting yang masih ingin dia impikan.

Monday, July 24, 2017

My Story: Andai Dia Tau

Memang benar, ini aneh. Tapi terjadi pada saya. Yang dikatakan para pujangga itu, hal yang tidak rasional dalam film itu, cerita dalam novel² yang sya baca, semuanya seakan benar bagi saya, yang pada awalnya semua say anggap sebagai sesuatu yang biasa.

Andai dia tau??

Rasanya hari ini ingin cepat² bertemu dengannya. Meski hanya memandang.
Rasanya hari ini ingin berbicara dengnnya. Meski hanya bicara soal kerja.
Rasanya hari ini ingin melihat senyumnya itu. Meski hnya melihat dari samping.
Rasanya hari ini ingin makan bersamanya. Meski hanya makan yang sederhana.
Rasanya hari ini ingin berjalan bersamanya. Meski hanya beberapa langkah.
Rasanya hri ini saya ingin dia melihat saya, meski hanya sekilas saja.

Semua rasa dan keinginan tertuju padanya.

Andai dia tau itu.

Saya tidak seperti khadijah yang berani mengungkapkan perasaan yang seperti ini.

Andai dia tau itu.

Saya sungguh sangat berharap dia dapat mempercayai saya dan benar² yakin. Saya berharap tidak ada keraguan dalam pikiran dan hatinya.

Andai dia tau?
Saat itu, saya benar benar senang dapat jalan² bersama. Rasa terimakasih yang besar ingin sya ucapkan.

Setelah dipikir pikir...yang dibilang dalam novel² yang kubaca benar. Memang antara satu dengan yang lain memanglah harus ada berbeda dan harus ada yang sama.

Sya tidak suka durian dan suka alpukat, dia kebalikan dengan sya. Dia suka durian dan tidak suka alpukat.

Hal yang sama, saya sangat suka dengn alam, pramuka. Diapun seperti itu.

Memang ada bnyak luka dalam hati saya, masa kuliah itu.... kecewa itu.. saya tak ingin mengalaminya lagi.

Hanya sekarang saya tak perlu lagi membesarkan rasa saya terhadapnya, cukup suka yang sesederhana mungkin, sampai ungkapan dia yang aku tunggu dapat kudengar. Dan saya akan menjawab "iya" dengan perasaan yang bahagia.

Semoga ungkapan darinya yang aku tunggu sesegera mungkin dapat sya dengar darinya yang selalu saya doakan dalam setiap sujud saya.
Aamiin.

Andai dia tau ..

Saturday, July 15, 2017

Dahsyatnya Sebuah Keyakinan dan Hal Menakjubkan yang Bermanfaat

Kebetulan saya membaca status yang teman saya share yang berasal dari temannya temanku.
Sungguh ini sangat bermanfaat sekali.

Kiriman dari sahabat:
Self-healing...
*Duowoo.... semoga bermanfaat untuk kesehatan*
Kami sedang antri periksa kesehatan. Dokter yang kami kunjungi ini termasuk dokter sepuh –berusia sekitar tujuh puluhan- spesialis penyakit “Silakan duduk,” sambut dr.Paulus.
Aku duduk di depan meja kerjanya, mengamati pria sepuh berkacamata ini yang sedang sibuk menulis identitasku di kartu pasien.
“Apa yang dirasakan, Mas?”
Aku pun bercerita tentang apa yang kualami sejak 2013 hingga saat ini. Mulai dari awal merasakan sakit maag, peristiwa-peristiwa kram perut, ambruk berkali-kali, gejala dan vonis tipes, pengalaman opnam dan endoskopi, derita GERD, hingga tentang radang duodenum dan praktek tata pola makan Food Combining yang kulakoni.
“Kalau kram perutnya sudah enggak pernah lagi, Pak,” ungkapku, “Tapi sensasi panas di dada ini masih kerasa, panik juga cemas, mules, mual. Kalau telat makan, maag saya kambuh. Apalagi setelah beberapa bulan tata pola makan saya amburadul lagi.”
“Tapi buat puasa kuat ya?”
“Kuat, Pak.”
“Orang kalau kuat puasa, harusnya nggak bisa kena maag!”
Aku terbengong, menunggu penjelasan.
“Asam lambung itu,” terang Pak Paulus, “Diaktifkan oleh instruksi otak kita. Kalau otak kita bisa mengendalikan persepsi, maka asam lambung itu akan nurut sendiri. Dan itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang puasa.”
“Maksudnya, Pak?”
“Orang puasa ‘kan malamnya wajib niat to?”
“Njih, Pak.”
“Nah, niat itulah yang kemudian menjadi kontrol otak atas asam lambung. Ketika situ sudah bertekad kuat besok mau puasa, besok nggak makan sejak subuh sampai maghrib, itu membuat otak menginstruksikan kepada fisik biar kuat, asam lambung pun terkendali. Ya kalau sensasi lapar memang ada, namanya juga puasa. Tapi asam lambung tidak akan naik, apalagi sampai parah. Itu syaratnya kalau situ memang malamnya sudah niat mantap. Kalau cuma di mulut bilang mau puasa tapi hatinya nggak mantap, ya tetap nggak kuat. Makanya niat itu jadi kewajiban, ‘kan?”
“Iya, ya, Pak,” aku manggut-manggut nyengir.
“Manusia itu, Mas, secara ilmiah memang punya tenaga cadangan hingga enam puluh hari. Maksudnya, kalau orang sehat itu bisa tetap bertahan hidup tanpa makan dalam keadaan sadar selama dua bulan. Misalnya puasa dan buka-sahurnya cuma minum sedikit. Itu kuat. Asalkan tekadnya juga kuat.”
Aku melongo lagi.
“Makanya, dahulu raja-raja Jawa itu sebelum jadi raja, mereka tirakat dulu. Misalnya puasa empat puluh hari. Bukanya cuma minum air kali. Itu jaman dulu ya, waktu kalinya masih bersih. Hahaha,” ia tertawa ringan, menambah rona wajahnya yang memang kelihatan masih segar meski keriput penanda usia.
Kemudian ia mengambil sejilid buku di rak sebelah kanan meja kerjanya. Ya, ruang praktek dokter dengan rak buku. Keren sekali. Aku lupa judul dan penulisnya. Ia langsung membuka satu halaman dan menunjukiku beberapa baris kalimat yang sudah distabilo hijau.
“Coba baca, Mas: ‘mengatakan adalah mengundang, memikirkan adalah mengundang, meyakini adalah mengundang’. Jadi kalau situ memikirkan; ‘ah, kalau telat makan nanti asam lambung saya naik’, apalagi berulang-ulang mengatakan dan meyakininya, ya situ berarti mengundang penyakit itu. Maka benar kata orang-orang itu bahwa perkataan bisa jadi doa. Nabi Musa itu, kalau kerasa sakit, langsung mensugesti diri; ah sembuh. Ya sembuh. Orang-orang debus itu nggak merasa sakit saat diiris-iris kan karena sudah bisa mengendalikan pikirannya. Einstein yang nemuin bom atom itu konon cuma lima persen pendayagunaan otaknya. Jadi potensi otak itu luar biasa,” papar Pak Paulus.
“Jadi kalau jadwal makan sembarangan berarti sebenarnya nggak apa-apa ya, Pak?”
“Nah, itu lain lagi. Makan harus tetap teratur, ajeg, konsisten. Itu agar menjaga aktivitas asam lambung juga. Misalnya situ makan tiga kali sehari, maka jarak antara sarapan dan makan siang buatla sama dengan jarak antara makan siang dan makan malam. Misalnya, sarapan jam enam pagi, makan siang jam dua belas siang, makan malam jam enam petang. Kalau siang, misalnya jam sebelas situ rasanya nggak sempat makan siang jam dua belas, ya niatkan saja puasa sampai sore. Jangan mengundur makan siang ke jam dua misalnya, ganti aja dengan minum air putih yang banyak. Dengan pola yang teratur, maka organ di dalam tubuh pun kerjanya teratur. Nah, pola teratur itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang yang puasa dengan waktu buka dan sahurnya.”
“Ooo, gitu ya Pak,” sahutku baru menyadari.
“Tapi ya itu tadi. Yang lebih penting adalah pikiran situ, yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubu kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau situ cemas, takut, kuatir, justru imunitas situ turun dan rentan sakit juga.”
Pak Paulus mengambil beberapa jilid buku lagi, tentang ‘enzim kebahagiaan’ endorphin, tentang enzim peremajaan, dan beberapa tema psiko-medis lain tulisan dokter-dokter Jepang dan Mesir.
“Situ juga berkali-kali divonis tipes ya?”
“Iya, Pak.”
“Itu salah kaprah.”
“Maksudnya?”
“Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opnam. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa.”
“Haah?”
“Iya Mas. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di RS Sardjito, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas.”
“Tapi ‘kan pasien harus bedrest, Pak?”
“Ya ‘kan bisa di rumah.”
“Tapi kalau nggak pakai infus ‘kan lemes terus Pak?”
“Nah situ nggak yakin sih. Saya yakinkan pasien bahwa mereka bisa sembuh. Asalkan mau nurut dan berusaha seperti yang saya sarankan itu. Lagi-lagi saya bilang, kekuatan keyakinan itu luar biasa lho, Mas.”
Dahiku berkernyit. Menunggu lanjutan cerita.
“Dulu,” lanjut Pak Paulus, “Ada seorang wanita kena kanker payudara. Sebelah kanannya diangkat, dioperasi di Sardjito.
Nggak lama, ternyata payudara kirinya kena juga. Karena nggak segera lapor dan dapat penanganan, kankernya merembet ke paru-paru dan jantung. Medis di Sardjito angkat tangan.
Dia divonis punya harapan hidup maksimal hanya empat bulan.”
“Lalu, Pak?” tanyaku antusias.
“Lalu dia kesini ketemu saya. Bukan minta obat atau apa.
Dia cuma nanya; ‘Pak Paulus, saya sudah divonis maksimal empat bulan.
Kira-kira bisa nggak kalau diundur jadi enam bulan?’
Saya heran saat itu, saya tanya kenapa.
Dia bilang bahwa enam bulan lagi anak bungsunya mau nikah, jadi pengen ‘menangi’ momen itu.”
“Waah.. Lalu, Pak?”
“Ya saya jelaskan apa adanya. Bahwa vonis medis itu nggak seratus persen, walaupun prosentasenya sampai sembilan puluh sembilan persen,
tetap masih ada satu persen berupa kepasrahan kepada Tuhan yang bisa mengalahkan vonis medis sekalipun.
Maka saya bilang; sudah Bu, situ nggak usah mikir bakal mati empat bulan lagi.
Justru situ harus siap mental, bahwa hari ini atau besok situ siap mati.
Kapanpun mati, siap!
Begitu, situ pasrah kepada Tuhan, siap menghadap Tuhan kapanpun. Tapi harus tetap berusaha bertahan hidup.”
Aku tambah melongo. Tak menyangka ada nasehat macam itu.
Kukira ia akan memotivasi si ibu agar semangat untuk sembuh, malah disuruh siap mati kapanpun.
O iya, mules mual dan berbagai sensasi ketidaknyamanansudah tak kurasakan lagi.
“Dia mau nurut. Untuk menyiapkan mental siap mati kapanpun itu dia butuh waktu satu bulan.
Dia bilang sudah mantap, pasrah kepada Tuhan bahwa dia siap.
Dia nggak lagi mengkhawatirkan penyakit itu, sudah sangat enjoy.
Nah, saat itu saya cuma kasih satu macam obat. Itupun hanya obat anti mual biar dia tetap bisa makan dan punya energi untuk melawan kankernya.
Setelah hampir empat bulan, dia check-up lagi ke Sardjito dan di sana dokter yang meriksa geleng-geleng. Kankernya sudah berangsur-angsur hilang!”
“Orangnya masih hidup, Pak?”
“Masih. Dan itu kejadian empat belas tahun lalu.”
“Wah, wah, wah..”
“Kejadian itu juga yang menjadikan saya yakin ketika operasi jantung dulu.”
“Lhoh, njenengan pernah Pak?”
“Iya.
Dulu saya operasi bedah jantung di Jakarta. Pembuluhnya sudah rusak. Saya ditawari pasang ring.
Saya nggak mau. Akhirnya diambillah pembuluh dari kaki untuk dipasang di jantung.
Saat itu saya yakin betul sembuh cepat. Maka dalam waktu empat hari pasca operasi, saya sudah balik ke Jogja, bahkan dari bandara ke sini saya nyetir sendiri.
Padahal umumnya minimal dua minggu baru bisa pulang.
Orang yang masuk operasi yang sama bareng saya baru bisa pulang setelah dua bulan.”
Pak Paulus mengisahkan pengalamannya ini dengan mata berbinar. Semangatnya meluap-luap hingga menular ke pasiennya ini. Jujur saja, penjelasan yang ia paparkan meningkatkan harapan sembuhku dengan begitu drastis.
Persis ketika dua tahun lalu pada saat ngobrol dengan Bu Anung tentang pola makan dan kesehatan. Semangat menjadi kembali segar!
“Tapi ya nggak cuma pasrah terus nggak mau usaha.
Saya juga punya kenalan dokter,” lanjutnya,
“Dulu tugas di Bethesda, aslinya Jakarta, lalu pindah mukim di Tennessee, Amerika.
Di sana dia kena kanker stadium empat. Setelah divonis mati dua bulan lagi, dia akhirnya pasrah dan pasang mental siap mati kapanpun.
Hingga suatu hari dia jalan-jalan ke perpustakaan, dia baca-baca buku tentang Afrika.
Lalu muncul rasa penasaran, kira-kira gimana kasus kanker di Afrika.
Dia cari-cari referensi tentang itu, nggak ketemu. Akhirnya dia hubungi kawannya, seorang dokter di Afrika Tengah.
Kawannya itu nggak bisa jawab.
Lalu dihubungkan langsung ke kementerian kesehatan sana. Dari kementerian, dia dapat jawaban mengherankan, bahwa di sana nggak ada kasus kanker.
Nah dia pun kaget, tambah penasaran.”
Pak Paulus jeda sejenak. Aku masih menatapnya penuh penasaran juga, “Lanjut, Pak,” benakku.
“Beberapa hari kemudian dia berangkat ke Afrika Tengah.
Di sana dia meneliti kebiasaan hidup orang-orang pribumi. Apa yang dia temukan?
Orang-orang di sana makannya sangat sehat.
Yaitu sayur-sayuran mentah, dilalap, nggak dimasak kayak kita.
Sepiring porsi makan itu tiga perempatnya sayuran, sisanya yang seperempat untuk menu karbohidrat. Selain itu, sayur yang dimakan ditanam dengan media yang organik. Pupuknya organik pake kotoran hewan dan sisa-sisa tumbuhan.
Jadi ya betul-betul sehat.
Nggak kayak kita, sudah pupuknya pakai yang berbahaya, eh pakai dimasak pula. Serba salah kita.
Bahkan beras merah dan hitam yang sehat-sehat itu, kita nggak mau makan.
Malah kita jadikan pakan burung, ya jadinya burung itu yang sehat, kitanya sakit-sakitan.”
Keterangan ini mengingatkanku pada obrolan dengan Bu Anung tentang sayur mayur, menu makanan serasi, hingga beras sehat. Pas sekali.
“Nah dia yang awalnya hanya ingin tahu, akhirnya ikut-ikutan.
Dia tinggal di sana selama tiga mingguan dan menalani pola makan seperti orang-orang Afrika itu.”
“Hasilnya, Pak?”
“Setelah tiga minggu, dia kembali ke Tennessee.
Dia mulai menanam sayur mayur di lahan sempit dengan cara alami.
Lalu beberapa bulan kemudian dia check-up medis lagi untuk periksa kankernya,”
“Sembuh, Pak?”
“Ya! Pemeriksaan menunjukkan kankernya hilang.
Kondisi fisiknya berangsur-angsur membaik. Ini buki bahwa keyakinan yang kuat, kepasrahan kepada Tuhan, itu energi yang luar biasa.
Apalagi ditambah dengan usaha yang logis dan sesuai dengan fitrah tubuh.
Makanya situ nggak usah cemas, nggak usah takut..”
Takjub, tentu saja.
Pada momen ini Pak Paulus menghujaniku dengan pengalaman-peng
alamannya di dunia kedokteran, tentang kisah-kisah para pasien yang punya optimisme dan pasien yang pesimis.
Aku jadi teringat kisah serupa yang menimpa alumni Madrasah Huffadh Al-Munawwir, pesantren tempatku belajar saat ini.
Singkatnya, santri ini mengidap tumor ganas yang bisa berpindah-pindah benjolannya.
Ia divonis dokter hanya mampu bertahan hidup dua bulan. Terkejut atas vonis ini, ia misuh-misuh di depan dokter saat itu.
Namun pada akhirnya ia mampu menerima kenyataan itu.
Ia pun bertekad menyongsong maut dengan percaya diri dan ibadah. Ia sowan ke Romo Kiai, menyampaikan maksudnya itu.
Kemudian oleh Romo Kiai, santri ini diijazahi (diberi rekomendasi amalan)
Riyadhoh Qur’an, yakni amalan membaca Al-Quran tanpa henti selama empat puluh hari penuh, kecuali untuk memenuhi hajat dan kewajiban primer.
Riyadhoh pun dimulai. Ia lalui hari-hari dengan membaca Al-Quran tanpa henti.
Persis di pojokan aula Madrasah Huffadh yang sekarang. Karena merasa begitu dingin, ia jadikan karpet sebagai selimut.
Hari ke tiga puluh, ia sering muntah-muntah, keringatnya pun sudah begitu bau.
Bacin, mirip bangkai tikus,kenang narasumber yang menceritakan kisah ini padaku. Hari ke tiga puluh lima, tubuhnya sudah nampak lebih segar, dan ajaibnya; benjolan tumornya sudah hilang.
Selepas rampung riyadhoh empat puluh hari itu, dia kembali periksa ke rumah sakit di mana ia divonis mati.
Pihak rumah sakit pun heran.
Penyakit pemuda itu sudah hilang, bersih, dan menunjukkan kondisi vital yang sangat sehat!
Aku pribadi sangat percaya bahwa gelombang yang diciptakan oleh ritual ibadah bisa mewujudkan energi positif bagi fisik.
Khususnya energi penyembuhan bagi mereka yang sakit.
Memang tidak mudah untuk sampai ke frekuensi itu, namun harus sering dilatih. Hal ini diiyakan oleh Pak Paulus.
“Untuk melatih pikiran biar bisa tenang itu cukup dengan pernapasan.
Situ tarik napas lewat hidung dalam-dalam selama lima detik, kemudian tahan selama tiga detik. Lalu hembuskan lewat mulut sampai tuntas. Lakukan tujuh kali setiap sebelum Shubuh dan sebelum Maghrib.
Itu sangat efektif. Kalau orang pencak, ditahannya bisa sampai tuuh detik.
Tapi kalau untuk kesehatan ya cukup tiga detik saja.”
Nah, anjuran yang ini sudah kupraktekkan sejak lama. Meskipun dengan tata laksana yang sedikit berbeda.
Terutama untuk mengatasi insomnia. Memang ampuh. Yakni metode empat-tujuh-delapan.
Ketika merasa susah tidur alias insomnia, itu pengaruh pikiran yang masih terganggu berbagai hal.
Maka pikiran perlu ditenangkan, yakni dengan pernapasan.
Tak perlu obat, bius, atau sejenisnya, murah meriah.
Pertama, tarik napas lewat hidung sampai detik ke empat, lalu tahan sampai detik ke tujuh, lalu hembuskan lewat mulut pada detik ke delapan. Ulangi sebanyak empat sampai lima kali.
Memang iya mata kita tidak langsung terpejam ngantuk, tapi pikiran menadi rileks dan beberapa menit kemudian tanpa terasa kita sudah terlelap.
Awalnya aku juga agak ragu, tapi begitu kucoba, ternyata memang ampuh. Bahkan bagi yang mengalami insomnia sebab rindu akut sekalipun.
“Gelombang yang dikeluarkan oleh otak itu punya energi sendiri, dan itu bergantung dari seberapa yakin tekad kita dan seberapa kuat konsentrasi kita,” terangnya,
“Jadi kalau situ sholat dua menit saja dengan khusyuk, itu sinyalnya lebih bagus ketimbang situ sholat sejam tapi pikiran situ kemana-mana, hehehe.”
Duh, terang saja aku tersindir di kalimat ini.
“Termasuk dalam hal ini adalah keampuhan sholat malam.
Sholat tahajud. Itu ketika kamu baru bangun di akhir malam, gelombang otak itu pada frekuensi Alpha. Jauh lebih kuat daripada gelombang Beta yang teradi pada waktu Isya atau Shubuh.
Jadi ya logis saja kalau doa di saat tahajud itu begitu cepat ‘naik’ dan terkabul. Apa yang diminta, itulah yang diundang.
Ketika tekad situ begitu kuat, ditambah lagi gelombang otak yang lagi kuat-kuatnya, maka sangat besar potensi terwujud doa-doa situ.”
Tak kusangka Pak Paulus bakal menyinggung perihal sholat segala. Aku pun ternganga. Ia menunjukkan sampul buku tentang ‘enzim panjang umur’.
“Tubuh kita ini, Mas, diberi kemampuan oleh Allah untuk meregenerasi sel-sel yang rusak dengan bantuan enzim tertentu, populer disebut dengan enzim panjang umur. Secara berkala sel-sel baru terbentuk, dan yang lama dibuang.
Ketika pikiran kita positif untuk sembuh, maka yang dibuang pun sel-sel yang terkena penyakit.
Menurut penelitian, enzim ini bisa bekerja dengan baik bagi mereka yang sering merasakan lapar dalam tiga sampai empat hari sekali.”
Pak Paulus menatapku, seakan mengharapkan agar aku menyimpulkan sendiri.
“Puasa?”
“Ya!”
“Senin-Kamis?”
“Tepat sekali! Ketika puasa itu regenerasi sel berlangsung dengan optimal.
Makanya orang puasa sebulan itu juga harusnya bisa jadi detoksifikasi yang ampuh terhadap berbagai penyakit.”
Lagi-lagi,aku manggut-manggut.
Tak asing dengan teori ini.
“Pokoknya situ harus merangsang tubuh agar bisa menyembuhkan diri sendiri.
Jangan ketergantungan dengan obat. Suplemen yang nggak perlu-perlu amat,nggak usahlah. Minum yang banyak, sehari dua liter, bisa lebih kalau situ banyak berkeringat, ya tergantung kebutuhan.
Tertawalah yang lepas, bergembira, nonton film lucu tiap hari juga bisa merangsang produksi endorphin, hormon kebahagiaan. Itu akan sangat mempercepat kesembuhan.
Penyakit apapun itu! Situ punya radang usus kalau cemas dan khawatir terus ya susah sembuhnya.
Termasuk asam lambung yang sering kerasa panas di dada itu.”
Terus kusimak baik-baik anjurannya sambil mengelus perut yang tak lagi terasa begah. Aneh.
“Tentu saja seperti yang saya sarankan, situ harus teratur makan, biar asam lambung bisa teratur juga.
Bangun tidur minum air hangat dua gelas sebelum diasupi yang lain.
Ini saya kasih vitamin saja buat situ, sehari minum satu saja. Tapi ingat, yang paling utama adalah kemantapan hati, yakin, bahwa situ nggak apa-apa. Sembuh!”
Begitulah. Perkiraanku yang tadinya bakal disangoni berbagai macam jenis obat pun keliru.
Hanya dua puluh rangkai kaplet vitamin biasa, Obivit, suplemen makanan yang tak ada ?;kaitannya dengan asam lambung apalagi GERD.
Hampir satu jam kami ngobrol di ruang praktek itu, tentu saja ini pengalaman yang tak biasa. Seperti konsultasi dokter pribadi saja rasanya.
Padahal saat keluar, kulihat masih ada dua pasien lagi yang kelihatannya sudah begitu jengah menunggu.
“Yang penting pikiran situ dikendalikan, tenang dan berbahagia saja ya,” ucap Pak Paulus sambil menyalamiku ketika hendak pamit.
Dan jujur saja, aku pulang dalam keadaan bugar, sama sekali tak merasa mual, mules, dan saudara-saudaranya.
Terima kasih Pak Paulus.
Kadipiro Yogyakarta, 2016
Dari wordpress GUBUGREOT

Wallahu'alam

Thursday, June 29, 2017

Link Kitab atau Buku Referensi Islam Gratis



Buku itu sangat penting, penting sekali. Banyak membaca memang harus dibiasakan mulai dini. Kalau sudah tidak muda lagi. Yah mulai sekarang saja yuk rame rame baca buku.
Bagi yang ingin menambah koleksi kitab, buku dan referensi Islam Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah. Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama mempersembahkan *KMNU E-Library* yang bebas diakses oleh siapapun:
Aswaja
https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCNmZ4d08ybHgyd1U

E-Book NU
https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCR08tNHNzZlA5Y0k

Kitab-Kitab Nusantara
https://drive.google.com/open?id=0B49krkb9SjaCeUVvYV9IX1RiOG8

Kitab-Kitab Fikih
https://drive.google.com/drive/folders/0B49krkb9SjaCUWhvQnByMVRPSzA

Kitab-Kitab Tafsir
https://drive.google.com/drive/folders/0B49krkb9SjaCUUM1RjhwdXl3MXM

Kitab-Kitab Hadits
https://drive.google.com/drive/folders/0B49krkb9SjaCOS1tRmNmclR5bE0

Kitab-Kitab Nahwu Shorof
https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCZlRBN3VpeFg2YWc

Kitab-Kitab Tarikh
https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCcjJ6ejdsQ3pYRXM

Kitab-Kitab Maulid ar-Rasul
https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCTmpjZEpFYUxmWFE

Kitab-Kitab Tashowwuf
https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCdzQyMm5iVWNRdVk

Kitab-Kitab Tauhid
https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCdERKYW9nUk9HWlE

Nadzoman
https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCSllfY1NNeGtfWlE

Kitab-Kitab Karya Imam Ghozali
https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCQURIUzY3WDdlcEE

Kitab-Kitab Karya Abuya Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki
https://drive.google.com/drive/u/2/mobile/folders/0B49krkb9SjaCbUNqd3hJdHNRUjQ

Semoga bermanfaat.
Allahu a'lam

Friday, June 9, 2017

Sebungkus Rasa, Sebungkus Pecel untuk Bersama :)

Anak Pramuka,semua cerita ini berawal dari kata Pramuka. Kata yang begitu terlalu sering terdengar dan selalu terngiang. Begitu mendengarnya rasanya ada sesuatu yang membuat semangat, entah apa itu. 
Sebenarnya semua terlihat biasa-biasa saja, tapi setelah masukkedalamnya, adahal yang luarbiasa yang nampakdari dalam ataupun dari luar.
Beberapa bulan yang lalu,  untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan saling berbagi yang sebenarnya sudah dimiliki, sebungkus pecel untuk bersama.
Setelah selesai latihan,kami makan bersama, eh bukan kami tapi adik-adik. hehehe
Saya juga masih ingat saat-saat seperti ituketika saya masih seusia mereka. Rasanya begitu nyaman, rasa kebersamaan itu ada.Sungguh menyenagkan, saling berbagi.
Wallahu a'lam

Saturday, May 20, 2017

Mondok itu Keren

Beberapa tahun yang lalu saya sempat keliru akan pendapat pribadi yang kurasakan ketika mondok.
Dulu berpikir mondok itu bikin kita kurang bisa bebas main bareng teman, jalan2, atau sekedar nonton bersama. Tapi salah, mondok bukan seperti itu, semua lebih dari itu, buat sya pribadi.
Iya,mondok itu keren.
1. Kita bisa main kok bareng teman. Ketika sampai pondok bukan hanya teman yang kita peroleh, tapi saudara yang dekat seperti keluarga. Bersama mereka akan lebih menyenangkan ketika bisa bercerita bersama. Ini menurut sya lebih dari sekedar main. Kalian yang akan mondok akan merasakan betapa asyiknya hal ini. Sungguh, ini keren.
2. Yang paling penting di pondok pesantren mengajarkan hal yang sangat kita perlukan. Bukan hanya di dunia, di akhirat juga. Kita akan merasa beruntung sekali jika mondok. Jadi hidup kita akan terjamin dunia dan akhirat. Ini sangat keren.
3. Di pondok pesantren, kita akan bnyak belajar kearifan lokal, banyak macam kebiasaan dari teman teman kita yang berbeda daerah, cara berbicara, bahasa mereka. kita akan mengenal makan dari daerah lain yg sangt khas ketika ada keluarga teman yang sambang, tanpa kita pergi ke tempat yg jauh disana. Bukankah ini keren.
4. Di pondok, kita akan lebih bisa fokus untuk belajar. Iya, dulu sebelum mondok, sya selalu bisa menghafal asalkan itu malam ketika sunyi. Di pondok sya bisa menghafal kapan ssaja. Karena di pondok suasanya tentram, tenang, menyejukkan hati. Ini keren loh.
5. Dengan mondok, kita akan bisa berhemat. Saya paling suka jajan. Tapi saya percaya hemat akan lbih baik. Jikalau punya uang lebih kita akan diajarkan untuk sedekah. Sungguh, manfaat sedekh akan sangat terasa ketika kita dewasa. So, keren kan mondok.
6. Mental, pikiran, kemandirian dan rasa kerja keras akan terasa mendekat ke kita. Bnyak hal yang dalam kehidupan di pondok yang membuat hal hal itu semakin dekat.
7. Kalau anak pondok sudah bicara mengenai keislaman, sudah pasti bisa dipertanggung jawabkan. Anak pondok setiap harinya belajr ilmu2 agama.
8. Jika dipondok kita akan memperoleh bimbingan 24 jam, tidak terbatas waktu 6 jam atau 3 jam saja.
Ingat semuanya ada awalnya akan sangat terpaksa, tapi semua nampak keren, ketika kita sudah terbiasa dan mulai menikmati kehidupan di pondok.

Monday, April 17, 2017

Yuk, Kerjasama...☺

Beberapa waktu yang lalu di sekolah ada lomba untuk yel yel. Karena pada saat itu bertepatan dengan ulang tahun sekolah,MIT Ar-Roihan, sekolah terbaik dan sekolah tercinta, sekolah yang ternyaman untuk kami. ☺ atau lebih tepatnya ulang tahun yayasan. Karena yayasan Ar-Roihan.

Sebenarnya bukan hanya yel yel, tapi jiga ada lomba menyanyikan lagu nasional, dan acara puncaknya itu pas gerak jalan yang diikuti oleh walimurid, siswa, guru, staf.
Yel yel sdah di buat. Mereka sangat gembira dalam berlatih. Semangat itu sungguh luar biasa. Saat itu kami berencana untuk membuat rumbai rumbai dari tali jepang, eh tapi kalau disini menyebutnya rompo jepang hehehhe.

Kebetulan yang dipilih warna hijau. Soalnya sesuai dengan topeng yang sebelumnya kami buat bersama sama. Harga tali jepang itu sangat murah, jadi gak perlu uang banyak. Kebetulan saya bersama bu Riska membelinya di pasar dekat sekolah, pasar Lawang.
Mereka sungguh terlihat sangat kompak. Satu dengan yang lainnya saling kerja sama dalam melaksanakan ide membuat rumbai. Mereka belajar satu hal bahwa dengan kerjasama semua akan cepat seleaai. Saling bersatu bahu membahu telah mereka terapkan yang bahwasanya hal itu sesuai dengan pengamalan Pancasila yang mereka pelajari dalam kelas.

Wallahua'lam

Milad MIT Ar Roihan


Lah, ini milad yayasan Ar-Roihan. Salah satu lomba yang diperuntukkan untuk siswa siswi adalah ini lomba paduan suara. Menyanyikan lagu nasional.

Kebetulan kelas saya, kelas 2 Cairo menyinyikan lagu Ibu pertiwi. Awalnya mereka tidak hafal, karena lagu ini jarang dinyayikan. Tapi lama kelamaan dengan seringnya latihan mereka hafal.

Ini lirik lagunya.

Bait Pertama:
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intannya terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa
Bait Kedua:
Kulihat ibu pertiwi
Kami datang berbakti
Lihatlah putra-putrimu
Menggembirakan ibu
Ibu kami tetap cinta
Putramu yang setia
Menjaga harta pusaka
Untuk nusa dan bangsa

Liriknya bagus ☺

Wallahu a'lam

Membuat Simpul Aplikatif

Beberapa waktu lalu latihan pramuka mengagendakan untuk membuat simpul bukan dengan menggunakan tongkat seperti biasanya tapi dengan bantuan stick stick atau sumpit. 

Bahan untuk latihan kali ini hanyalah sumpit dan sebuah tali kur.

Untuk membuatnya lebih susah dibanding dengan membuat dengan tongkat karena Sumpit lebih kecil tapi tapi adik-adik sangat semangat untuk berkreasi dengan menggunakan beberapa simpul yang telah diajarkan sebelumnya.
Mereka selalu ceria. Dalam pembuatan ini dibagi menjadi beberapa regu atau kelompok.
Mereka saling kerjasama untuk membuat beberapa kreasi dengan menggunakan simpul yang telah dipelajari.
semangat buat kalian.

Makan Siang Bersama 2 Cairo

Tepat pukul 12.00 siang, mereka berhambiran untuk berwudhu. Ada yang mencari sandal dulu ada yang mngambil sandal di tasnya ada juga yang sudah menyiapkan sandalnya sebelum wudhu. Mereka sangat unik dan menarik.
Dan sesegera mungkin sholat dhuhur berjamaah bersama teman temannya dengan khusuk.
saya masih ingat sekali bahwa beberapa kali saya sengaja aja makan bersama mereka, makan siang maksudnya. Karena makan siang bersama mereka sangat mengesankan. Mereka sangat menarik. Lucu. Bahkan saat makan. 
ketika saya melihat mereka makan, rasanya saya kembali mengingat puluhan tahun lalu ketika saya masih SD tepatnya MI di MI Al Maarif, saya masih memgingat saat itu memang tidak ada makan siang, karena waktu itu sekolah tidak fullday seperti sekolah ini, jadi sya teringat saat saya Pramuka, dimana saat itu, saya pertama kali di MI makan bersama teman saya dan sekaligus guru saya, Kakak Pembina Pramuka. Rasanya saya sangat senang bisa makan bersama guru saya. Ada rasa yang bahagia, bangga ketika makan bersama guru dan teman teman. Rasanya tidak dapat digambarkan bagaimana senangnya saya waktu itu.
Lah, itu rasa yang tidak dapat digambarkan itu, saya bisa melihat dari mereka yang saat ini makan bersama saya. Mereka anakku, kelas 2 Cairo MIT Ar Roihan.  Semoga mereka menjadi anak yang sholih sholihah. Aamiin

Allahu a'lam.