My Life

Libatkan Allah dalam setiap urusan

Sunday, December 21, 2014

Pandangan tokoh muslim tentang belajar

Assalamualaikum...
buat teman teman yang mau nyari referensi tentang ini silahkan..
semoga bermanfaat dan barokah..


1.      Pandangan tokoh muslim

No.
Tokoh
Pandangan tentang belajar
1.
Miskawih
·         Ilmu yang harus dipelajari:
Ibn Maskawaih menyebutkan tiga hal pokok yang dapat dipahami sebagai materi pendidikan akhlak. Tiga hal pokok tersebut adalah (1) hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh manusia, (2) hal-hal yang wajib bagi jiwa, dan (3) hal-hal yang wajib bagi hubungan sesama manusia.[1] Ketiga pokok materi tersebut menurut Ibn Miskawaih dapat diperoleh dari ilmu-ilmu yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua. Pertama ilmu-ilmu yang berkaitan dengan pemikiran yang selanjutnya disebut al-ulum al-fikriyah, dan kedua ilmu-ilmu yang berkaitan dengan indera yang selanjutnya disebut al-ulum al-hissiyat.[2]
·         Syarat guru: (1) bisa dipercaya; (2) pandai; (3) dicintai; (4) sejarah hidupnya tidak tercemar dalam masyarakat; (5) bisa menjadi panutan; (6) akhlaqnya lebih mulia daripada murid-muridnya.[3]
·         Cara Belajar :
1.      Niat dan motivasi yang bersungguh-sungguh untuk berlatih terus menerus dan menahan diri.
2.      Menjadikan semua pengetahuan dan pengalaman orang lain sebagai cermin bagi dirinya.
3.      Bergaul dengan orang soleh.
4.      Tidak ujub.
5.      Sabar akan sehat jiwa sebagai nikmat.
6.      Terus menerus mencari aib diri sendiri.[4]
·         Cara mengajar: Metode alami (thabi’i), Metode Bimbingan, Metode Pujian, metode nasihat.[5]
·         Waktu belajar: harus dilakukan secara dini, terus menerus dan tidak menunggu waktu.
2.
Al-Qabisi
·         Ilmu yang harus dipelajari:
Dari kurikulum Ijbari
terdiri daripada kandungan ayat-ayat Al-Qur’an seperti sembahyang dan doa-doa. Sebagian para ahli mengatakan bahwa ilmu nahwu dan bahasa arab merupakan persyaratan mutlak untuk memantapkan baca Al-Qur’an, tilawah, menulis dan hafalan[6]
Kurikulum Ikhtiyari
Menurut Al-Qabisiy ikhtiyari adalah : ilmu tentang berhitung, sya'ir, kisah-kisah masyarakat Arab, sejarah islam, dan ilmu nahwu serta bahasa arab lengkap.[7]
·         Syarat guru: Pendidik, mu'allim atau guru menjadi perhatian tersendiri bagi beliau, kualitas guru menurut beliau tidak harus yang hafidz Al-Qur'an, tetapi beliau lebih menekankan kesiapan guru dalam mengamalkan kandungan al-Qur'an, memahami rahasia dan makna didalamnya, melalui  pengusaan ilmu-ilmu yang membantu pemahaman ini. Dan juga pemikirannya tentang tidak bolehnya guru menghukum bodoh dan rendah intelektual para muridnya.[8]
·         Cara Belajar
-          Misalnya cara menghafal Al-Quran dan belajar menulis langkah-langkah adalah berdasarkan pemilihan waktu-waktu yang terbaik, yaitu waktu pagi-pagi selama seminggu terus-menerus dan baru beristirahat sejak waktu dhuhur hari Kamis sampai dengan hari Jum’at. Kemudian belajar lagi pada hari Sabtu pagi hingga minggu berikutnya.
Al-Qabisiy juga mengemukakan  metode belajar yang efektif, yaitu menghafal, melakukan latihan dan demonstrasi[9].
·         Cara mengajar (Metode Pembelajaran)
-          Manghafal yang didahului pengalaman
-          Praktik/latihan
-          Mendemonstrasikan pengalaman[10]
·         Waktu :. Pada pagi hari Sabtu sampai Kamis itu dianggap satu kali pembelajaran.[11]Sabtu sampai Kamis hari aktif belajar, dan jum’at adalah hari libur
Jam 07.00-11.30 waktu belajar I
Jam 11.30-13.00 waktu istirahat
Jam 13.00-15.00 waktu belajar II[12]
3.
Ibnu Sina
·         Ilmu yang harus dipelajari :
1.      Untuk 3 – 5 tahin: mata pelajaran olah raga, budi pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian.
2.      Untuk anak usia 6 - 14 tahun adalah mencakup pelajaran membaca dan menghafal al-Qur'an, pelajaran agama, pelajaran sya'ir, dan pelajaran olah raga. Dan di umur 6 tahun anak-anak wajib dipasrahkan ke pada guru.[13]
·         Syarat guru: guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, bersih dan suci murni.[14]
·         Cara belajar
·         Cara mengajar:  metode talqin, demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, magang, dan penugasan.[15]
·         Waktu belajar: dimulai sejak dini (kecil) sehingga murid terbiasa untuk membiasakan akhlak yang telah dipelajari.
4.
Al-Ghazali
·         Ilmu yang harus dipelajari: ilmu – ilmu yang wajib ‘aini bagi setiap Muslim itu adalah ilmu – ilmu agama dengan segala jenisnya, mulai dari kitab Allah, ibadat yang pokok seperti shalat, puasa, zakat dan sebagainya (yang paling utama adalah ilmu agama dengan segala cabangnya)
·         Syarat guru: guru yang selain cerdas dan sempurna aklanya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak – anak muridnya.[16]
·         Cara belajar:
1.      Mendahulukan kebersihan jiwa
2.      Menurangi kesenangan duniawi
3.      Sederhana dalam hal makanan
4.      Brsikap rendah hati
5.      Belajar dengan bertahap[17]
·         Cara mengajar: Berwudlu’, menghindar dari dosa, teladan (guru/ sumber belajar terbaik), Pembiasaan.[18]
·          Waktu belajar: pada pagi hari karena pikiran akan mudah untuk mengerti apa yang telah di pelajari.
5.
Al-Zarnuji
·         Ilmu yang harus dipelajari : Fardlu Ain dan Fardlu kifayah[19]
·         Syarat guru: guru sebaiknya yang lebih alim, wara’, dan umurnya lebih tua.[20] Guru juga harus mempunyai kesalehan sebagai aktualisasi keilmuan yang dimiliki serta beryanggung jawab terhaap amanat tang diemban untuk menggapai ridho Allah.[21]
·         Cara belajar: niat belajar, memilih guru dan teman, menghormati ilmu dan ulama’, ketekunan, tawakal kepada Allah[22]
·         Cara mengajar : Niat yang benar, Pribadi suci (jangan banyak berbuat dosa), Memilih materi, guru & teman lingkungan, banyak bertanya, baik antar guru & siswa.[23]
·         Waktu Belajar : waktu yang paling baik adalah ketika seorang murid memiliki waktu yang efektif yaitu ketika pikiran dan fisik siap menerima pelajaran.
6
Ibnu Jama’ah
·         Ilmu yang harus dipelajari : fiqh, shalat, zakat, haji dan lain sebagainya yang kesemuanya berkaitan dengan tata cara beribadah kepada Allah Swt, ilmu fardhu kifayah, yaitu ilmu yang kebutuhannya hanya dalam saat-saat tertentu saja seperti ilmu shalat jenazah,
·         Syarat guru: Pertama, menjaga akhlak selama melaksanakan tugas pendidikan. Kedua, tidak menjadikan profesi guru sebagai usaha untuk menutupi kebutuhan ekonominya. Ketiga, mengetahui situasi social kemasyarakatan. Keempat, kasih saying dan sabar. Kelima, adil dalam memperlakukan peserta didik. Keenam, menolong dengan kemampuan yang dimilikinya.
·         Cara belajar:
1.      Sahur untuk menghafal, pagi untuk diskusi, siang untuk menulis, dan malam untuk mengkaji ulang.
2.      Sehat badan (makanan halal, bergizi)
3.      Jangan malu bertanya, berkata atau berdialog
·         Cara mengajar
1.      Hafalan
2.      kondisi yang mendukung
3.      Ruang ekspresi
4.      Praktik kebaikan
5.      Hubungan baik antar guru dan siswa.[24]
·         Waktu Belajar:


[1]Abuddin Haji, Pemikiran Para TokohPemikiran Islam, (Jakarta: RajaGrafindoPersada, 2003), hlm., hlm 12
[2] Abdul Kholiq, dkk, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Cet. I. ( Semarang: Pustaka Pelajar Offset, 1999), Hlm, 12.
[3] Unname.Akhlak Guru, 26/02/2011 10:37:54, suara islam.com
[4]Slide ppt perkuliahan Pak Karim
[5] July S, Konsep pendidikan Ibn Miskawaih, publish http://julysyawaladi.blogspot.com, pada 19 Desember 2011
[6] Ali Al-Jumbulati dan Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta). hlm. 83
[7] Ahmad Fuad al-Ahwani, al-tarbiyah fi al-Islam (Kairo:Dar al-Ma'Arif, 1980), hlm. 175
[8] al-Ahwani, Op.Cit. hlm. 181-219
[9] Muhdahlan’s Blog, muhdahlansblow.worldpress.com (28-09-2012)
[10] Penjelasan Pak Karim dalam matakuliah teori belajar dan pembelajaran
[11] Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001) cetakan: Kedua, hlm. 34
[12]Penjelasan Pak Karim dalam matakuliah teori belajar dan pembelajaran
[13]Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, hlm. 78.
[14] Ibn Sina, Al-Siyasah fi al-Tarbiyah, (Mesir, Majalah al-Masyrik, 1906)
[15] Tafsir, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani Dan Kalbu Memenausiakan Manusia., hlm. 74-76.
[16] Fathiyah Hasan Sulaiman, Sitem Pendidikan Versi Al – Ghazali , (terj). Fathur Rhamat May dan Syamsudin Asyrafi, dari judul asli Al – Mazhabut Tarbawi ‘idn Al – Ghazali , (Bandung ; Al – Ma’arif, 1986), Cet I
[17] Baharuddin, dan Esa Nur, Teori Belajar dan Pembelajaran(Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 45-47
[18] Penjelasan Pak Karim dalam matakuliah teori belajar dan pembelajaran
[19] Penjelasan Pak Karim dalam matakuliah teori belajar dan pembelajaran
[20] Baharuddin, dan Esa Nur, op.cit, hlm. 54
[21] Ibid., hlm. 56
[22] Ibid., hlm. 52
[23] Penjelasan Pak Karim dalam matakuliah teori belajar dan pembelajaran
[24] Penjelasan Pak Karim dalam matakuliah teori belajar dan pembelajaran
 

Allahu a'lam

0 comments :

Post a Comment