My Life

Libatkan Allah dalam setiap urusan

Tuesday, December 30, 2014

Teori Belajar



Teori Pembelajaran Humanistik

Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanismebiasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakteristik yang sangat kuat yang tampak dari para pendidik beraliran humanisme.[1]
Dalam artikel Some Educational Implications of the Humanistic Psychologist, AbrahamMaslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan Behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisis Freudian. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik, biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Berbeda dengan Behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia atau dengan freudian yang melihat motivasi sebagai berbagai macam kebutuhan seksual, Humanistik melihat melihat perilaku manusia sebagai campuran antara motivasi yang lebih rendah atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama pendekatan humanistik, yaitu bahwa yang dilihat, yaitu bahwa yang dilihat adalah adalah perilaku manusia, bukan spesies lain. Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi manusia dan motivasi yang dimiliki binatang. Hierarki kebutuhan motivasi Maslow menggambarkan motivasi manusia yang berkeinginan bersama manusia lain, berkompetensi, dikenali, aktualisasi diri, sekaligus juga menggambarkan motivasi dalam level yang lebih rendah, seperti kebutuhan fisiologis dan keamanan.[2]
Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Bagi para penganut teori humanistik, proses belajar harus bermuara pada manusia. Teori belajar ini yang paling mendekati dunia filsafat daripada dunia pendidikan. Meskipun teori ini sangat menekankan pada isi dari proses belajar, dalam kenyataannya teori ini lebih banyak bicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuk yang paling ideal. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti yang sering terjadi dalam keseharian. Teori ini bersifat elektrik dan teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualitasi) dapat tercapai.
Dalam praktiknys, teori ini antara lain dapat terwujud dalam pendekatan yang diusulkan oleh Ausubel yang disebut belajar bermakna atau Meaningful Learning (Ausubel juga dimasukkan dalam aliran kognitif). Teori ini juga terwujud dalam teori Bloom, Krathwohl, Kolb, Honey, Mumford, dan Habermas.[3]


[1] Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa. Belajar dan Pembelajaran mengembangkan wacana dan praktik pembelajaran dalam pembangunan nasional, (Ar-Ruzz Media, 2011). Hlm. 157
[2] Ibid, hlm. 158
[3] Ibid, hlm. 159

Allahu a'lam

Monday, December 29, 2014

Prinsip Pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah

Materi ini saya kerjakan secara kelompok ketika saya mendapat tugas ini.

Prinsip pembelajaran --> hal-hal penting yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran.
Selengkapnya ppt nya klik di sini
silahkan di download. semoga bermanfaat untuk semuanya, Amiin.
Allahu a'lam. 

Friday, December 26, 2014

CMOS



CMOS yaitu chip dar memory yang terpisah.CMOS  adalah kepanjangan dari complementary metal-oxide semiconductor.Sifat-sifat CMOS :

·        CMOS tidak dapat menyimpan program

·        CMOS hanya dapat menyimpan data yang dibaca oleh BIOS

·        Dapat menyimpan sekitar 64 KBakan tetapi PChanya perlu dari sebagian kecil dari memory tersebut yaitu sektar 128 Byte  untuk menyimpan the necessary information.



Jika kamu merubah previously mentioned hardware kamu harus mengupdate  CMOS.Di sini kamu memerlukan informasi untuk merubah data di CMOS.Di bawah ini adalah CMOS tipe lama :
Allahu a'lam

Tuesday, December 23, 2014

Produktivitas dalam Kewirausahaan Pendidikan (Perspektif Islam)



Produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional mempunyai pengertian sebagai sikap mental yang selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.[1]
International Labour Organization dalam Hasibuan, mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama produksi berlangsung. Sumber-sumber tersebut dapat berupa tanah, bahan baku dan bahan pembantu, pabrik, mesin-mesin dan alat-alat, tenaga kerja manusia.[2]
The Liang Gie mengatakan bahwa produktivitas adalah merupakan perbandingan antara hasil kerja yang berupa barang-barang atau jasa dengan sumber atau tenaga yang dipakai dalam suatu proses produksi tersebut.[3] Secara umum, produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara keluaran dan masukan serta mengutarakan cara pemanfaatan baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi suatu barang atau jasa.[4]
Adapun menurut Sinungan yang dimaksud dengan produktivitas kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a.       Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain adalah ratio daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input).
b.      Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
c.       Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga factor esensial, yakni : investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja.[5]
Sedangkan menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson dalam bukunya Human Resource Management, Produktivitas (productivity) diartikan sebagai ukuran atas kuantitas dan kualitas dari pekerjaan yang diselesaikan, dengan mempertimbangkan biaya dari sumber daya yang digunakan. Adalah juga berguna untuk melihat produktivitas sebagai sebuah perbandingan antara masukan dan hasil yang menandakan nilai tambah yang diberikan oleh sebuah organisasi atau sebuah ekonomi.[6]
Sehingga dari beberapa pengertian diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa produktivitas adalah kemampuan menghasilkan barang dan jasa dari berbagai sumberdaya atau faktor produksi yang digunakan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan waktu yang telah ditentukan dengan adanya peran serta tenaga kerja atau karyawan.

1.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Menurut Siagian factor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah :
a.       Pendidikan,
b.      Pelatihan,
c.       Penilaian prestasi kerja,
d.      Sistem imbalan,
e.       Motivasi, dan
f.       Kepusan kerja.[7]
Menurut Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah, mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan besar kecilnya produktivitas, antara lain :
a.      Knowledge
Pengetahuan merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik yang diperoleh secara formal maupun non formal yang memberikan kontribusi pada seseorang di dalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan yang tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan produktif.
b.      Skills
Ketrampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan. Ketrampilan diperoleh melalui proses belajar dan berlatih. Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaanpekerjaan yang bersifat teknis. Dengan ketrampilan yang dimiliki seorang pegawai diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan secara produktif.
c.       Abilities
Abilities atau kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimilki oleh seorang pegawai. Konsep ini jauh lebih luas, karena dapat mencakup sejumlah kompetensi. Pengetahuan dan ketrampilan termasuk faktor pembentuk kemampuan. Dengan demikian apabila seseorang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi, diharapkan memilki ability yang tinggi pula.
d.      Attitude
Attitude merupakan suatu kebiasaan yang terpolakan. Jika kebiasaan yang terpolakkan tersebut memilki implikasi positif dalam hubungannya dengan perilaku kerja seseorang maka akan menguntungkan. Artinya apabila kebiasaan-kebiasaan pegawai adalah baik, maka hal tersebut dapat menjamin perilaku kerja yang baik pula. Dapat dicontohkan seorang pegawai mempunyai kebiasaan tepat waktu, disiplin, simple, maka perilaku kerja juga baik, apabila diberi tanggung jawab akan menepati aturan dan kesepakatan.
e.       Behaviors
Demikian dengan perilaku manusia juga akan ditentukan oleh kebiasaankebiasaan yang telah tertanam dalam diri pegawai sehingga dapat mendukung kerja yang efektif atau sebaliknya. Dengan kondisi pegawai tersebut, maka produktivitas dapat dipastikan akan dapat terwujud.[8]

Sedangkan menurut Wana Nusa dalam Sumarsono yang menjadi factor produktivitas adalah:
a.       Pendidikan
b.      Ketrampilan
c.       Disiplin
d.      Motivasi
e.       Sikap dan etika kerja
f.       Gizi dan kesehatan
g.      Tingkat penghasilan
h.      Jaminan lingkungan dan iklim kerja
i.        Hubungan industrial
j.        Teknologi
k.      Sarana produksi
l.        Manajemen dan kesempatan berprestasi.[9]

2.      Pengukuran Produktivitas Kerja

Menurut Simamora faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja; kualitas kerja; dan ketepatan waktu.
a.       Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standart yang ada atau ditetapkan oleh perusahaan.
b.      Kualitas kerja adalah merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal ini merupakan suatu kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya secara teknis dengan perbandingan standart yang ditetapkan oleh perusahaan.
c.       Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang diselesaikan diawal waktu sampai menjadi output.[10]

3.      Produktivitas dalam prespektif Islam

Produktivitas berarti kemampuan untuk menghasilkan sesuatu. Islam sebagai pedoman hidup yang turun dari Sang Pencipta manusia, sangat menghargai bahkan amat mendorong produktivitas. Rosulullah saw. Bersabda:

Artinya: Dari Ibnu „Umar ra dari Nabi saw, ia berkata: “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang beriman yang berkarya (produktif menghasilkan berbagai kebaikan)”[11]
Produktivitas juga sangat erat hubungannya dengan bekerja, tanpa dengan bekerja seseorang tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu(produktif). Banyak tuntunan dalam Al-Quran dan Hadits tentang bekerja. Seperti yang tersirat dalam QS At-Taubah ayat 105.

Artinya: “dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”
Berdasarkan ayat di atas dapat di katahui bahwa Islam sangat membenci pada orang yang malas dan bergantung pada orang lain.
  
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
QS Alnahl [16]:97 menjanjikan manusia bahwasanya balasan bekerja adalah kehidupan yang layak dan pahala yang baik melebihi nilai kebaikan pekerjaan itu sendiri. Ini menyiratkan bahwa bekerja itu memiliki nilai plus.

Artinya: “apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”


[1]Umar, Husein, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.2004),  hal, 9.
[2] Hasibuan, Malayu S, Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. (Jakarta : Bumi Aksara., 2003) hal. 127
[3] The Liang Gie. Administrasi Modern. (Yogyakarta : Liberti. 1998), hal, 108.
[4] Ibid. Hal, 128.
[5] Sinungan, M,  Produktivitas Apa dan Bagaimana. (Jakarta : Bumi Aksara, 2000),  hal, 106.
[6] Mathis, Robert L., & Jackson, John H, Human Resource Management. (Jakarta : Salemba Empat. 2006),  hal, 69
[7] Siagian, Sondang P,  Manajemen Sumber Daya Manusia.( Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hal. 286
[8] Teguh, Ambar & Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2003), hal, 200-2001.
[9] Sumarsono, Sonny,  Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2003), hal, 63-64.
[10] Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta : STIE YKPN, 2006), hal, 612.
[11] H.R. Thabrani dalam Al Kabir, juga oleh Al Bayhaqi

Allahu a'lam